ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
MENGENAL BUDAYA SUKU DANI
Di Susun
Oleh :
·
Mery
Meirina Saputri
·
Ria
Dwi Nugraheni
SMK PAJAJARAN 2 BANDUNG
Jl.Lodaya
No. 38 Telp ( 022 ) 7321312 – 7311577 Bandung
.
Kata Pengantar
Puji Syukur penulis panjatkan khadirat
Allah SWT, bahwa penulis telah menyelesaikan tugas mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dengan materi
“Kebudayaan Suku Dani”
Dalam penyusunan tugas atau makalah
ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun pnulis menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, bimbingan dan dorongan
orang tua, sehingga kendala – kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh
karena itu penulis mengucapkan Terima kasih kepada :
·
Ibu
Guru bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan tugas, petunjuk
kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini
selesai.
·
Orang
Tua yang turut membantu , membimbing dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga
tugas ini selesai.
Semoga materi dalam makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang di harapkan dapat tercapai. Amiin .
Bandung, Februari 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Indonesia
adalah Negara Seribu Pulau, Indonesia adalah Negara beribu Kebudayaan,
Indonesia adalah keindahan dan berapa banyak lagi kalimat-kalimat indah yang
menggambarkan tentang Indonesia.
Tak
hanya seribu pulau, ternyata ada sekitar 17.807 pulau dengan ribuan suku yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan segala kekayaan budaya dan
keindahan alamnya. Luar biasa, itulah kata yang bisa diucapkan atas anugerah
yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa atas ragam budaya dan melimpahnya
kekayaan alam yang kita miliki.
Hutan,
laut, gunung, sungai, danau, keragaman budaya dan peninggalan sejarah lainnya
yang tak terhitung jumlahnya. Dengan potensi tersebut kita sebagai Bangsa
Indonesia patut berbangga dan seharusnya menjadi tugas kita semua untuk
mengetahui dan mempelajari keanekaragaman tersebut sekaligus melestarikannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BUDAYA
2.1.1
PENGERTIAN BUDAYA
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culturejuga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
2.1.2
WUJUD KEBUDAYAAN
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang
kebudayaan maka hal terpenting kalian harus mengerti tentang wujud-wujud
kebudayaan yang nantinya dapat memberikan pengertian secara lebih jelas.
Koentjaraningrat, membagi kebudayaan menjadi 3, yaitu:
a. Sistem Budaya
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya
biasa disebut sistem budaya. Ini merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang
mempunyai ciri-ciri abstrak, tak dapat diraba, atau difoto. Misalnya sebuah
hasil pemikiran yang tertuang dalam buku atau artikel maka keberadaan lokasi
kebudayaan ideal ada pada buku atau artikel tersebut.
b. Sistem Sosial
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, disebut sistem
sosial. Terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi,
berhubungan, serta bergaul satu dengan lain menurut waktu dan pola tertentu berdasarkan
adat tata kelakuan.
c. Artefak
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil
karya manusia. Ini jelas sekali karena merupakan kebudayaan fisik, dapat
terlihat, diraba seperti Candi Borobudur.
3.1 KEBUDAYAAN
SUKU DANI
3.1.1
LETAK SUKU DANI
Suku
Dani adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Wamena, Papua, Indonesia
yang membentang di antara lekukan lekukan Pegunungan Tengah Jaya Wijaya. Di
lembah inilah masyarakat Suku Dani hidup Harmonis dan menyatu dalam pelukan
pegunungan yang mengelilinginya serta alam Papua yang indah dan menawan.
3.1.2 KEHIDUPAN SUKU DANI
Meskipun banyak orang menyebut mereka dengan sebutan Suku
Dani, namun orang Suku Dani sendiri menyebut mereka sebagai Suku Parim. Suku
Dani atau Suku Parim ini termasuk suku yang masih memegang teguh kepercayaan
mereka. Salah satunya adalah selalu memberi hormat pada orang-orang yang sudah
meninggal. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengadakan upacara serta
penyembelihan babi.
Suku Dani juga merupakan salah satu suku di Papua yang
masih mengenakan Koteka yang terbuat dari kunden kuning. Para wanitanya pun
masih menggunakan pakaian berjuluk wah yang berasal dari rumput/ serat dan
tinggal di Honai-Honai (sebuah gubuk yang beratapkan jerami/ilalang).
Sebagian masyarakat Suku Dani sudah memeluk agama
Kristen. Meskipun sebagian telah menganut agama Kristen, namun suku yang
tinggal di hutan-hutan dengan iklim tropis yang sangat kaya akan flora dan
fauna ini masih melakukan serangkaian upacara adat, salah satunya adalah
Rekwasi. Rekwasi adalah sebuah upacara adat yang dilakukan untuk menghormati
para leluhur. Di Rekwasi, para prajurit biasanya akan membuat tanfa dengan
lemak babi, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah pohon mangga, dan
bunga-bungaan di bagian tubuh mereka. Saat melakukan upacara ini, para peserta
juga melengkapi dirinya dengan senjata tradisional seperti tombak, kapak,
parang, dan juga busur beserta anak panahnya.
3.1.3 SISTEM
SUKU DANI
1.
Sistem Religi/
Kepercayaan
Dasar religi mesyarakat Suku Dani adalah menghormati oh
nenek moyang dan juga di selenggarakannya upacarayang di pusatkan pada pesta
babi. Konsep kepercayaan/ keagamaan yang terpenting adalah Atou. yaitu kekuatan
sakti para nenek moyang yang diturunkan kepada anak laki – laki. Kekuasaan
sakti ini antara lain :
- kekuatan menjaga kebun
- kekuatan menyembuhkan penyakit dan
menolak bala
- kekuatan menyuburkan tanah
Untuk mnghormati nenek moyangnya, Suku
Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut Kaneka. Selain itu juga adanya Kaneka
Hagasir yaitu upacara keagamaan untuk mensejahterakan keluarga masyarakat
serta untuk mengawali dan mengakhiri perang.
2.
Kesenian dan
Kerajinan
Kesenian nasyarakat Suku Dani dapat dilihat
dari cara membangun tempat kediaman, seperti Honai, Ebeai. dan Wamai.
Selain membangun tempat tinggal, masyarakat
Dani juga mempunyai seni kerajinan khas seperti anyaman kantong jaring penutup
kepala dan pengikat kapak. Orang Suku Dani pun mempunyai bebagai peralatan yang
terbuat dari bata, peralatan tesebut antara lain : Moliage, Valuk, Sage, Wim,
Kurok, dan Panah Sege.
3.
EKONOMI
Nenek Moyang Suku Dani tiba
di Irian hasil dari suatu proses perpindahan manusia yang sangat kono dari
daratan Asia ke Kepulauan Pasifik Barat Irian Jaya.
Kemungkinan pada waktu itu
masyarakat mereka masih bersifat pra agraris yaitu baru mulai mananam tanaman
dalam jumlah yang sangat terbatas.
Mata pencahariannya Pokok
Suku Dani adalah bercocok tanam dan
berternak babi.. Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan jenis
tanaman yang diutamakan untuk dibudidayakan, artinya mata pencaharian umumnya
mereka adalah berladang.
4.
PENDIDIKAN
Sebagai mana suku – suku pedalaman Iriran seperti halnya
suku Dani umummya tingkat pendidikan (formal) rendah dan kesadaran untuk
menimba ilmunya juga masih kurang, ironisnya lagi guru guru masih terbatas.
3.1.4 KEPERCAYAAN SUKU DANI
3.1.5 HUBUNGAN
KELUARGA SUKU DANI
3.1.6 CARA
MEMILIH PEMIMPIN SUKU DANI
3.2 KESENIAN SUKU DANI
3.2.1 Seni Ukir
Sebagai wujud penghormatan mereka terhadap nenek moyang atau
leluhurnya, secara turun temurun, pola seni ukir yang dibuat oleh suku Asmat
selalu dikaitkan pada kepercayaan mereka terhadap leluhur.Tahapan untuk membuat
kerajinan ukir diawali dengan memahat sepotong kayu untuk dijadikan sebuah
pola. Karena setiap ukiran yang mereka buat mempunyai makna tersendiri. Sebagai
contoh, ada 3 macam warna, merah, hitam, dan putih yang selalu digunakan oleh
suku Asmat pada beberapa hasil ukirannya. Merah melambangkan daging, Putih
menggambarkan tulang. Sementara hitam melambangkan warna kulit dari suku Asmat
itu sendiri. Dengan menggunakan alat pahat tradisional yang terbuat dari jambu
batu dan batu kali. Suku Asmat mampu membuat kerajinan ukiran dari berbagai
jenis kayu, seperti kayu sago, kayu jati, ataupun kayu susu. Sehingga tidaklah
mengherankan, jika berbagai sumber media online menuliskan, seni ukir Asmat ini
banyak diminati tidak hanya oleh wisatawan domestik dan mancanegara.
Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak
berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai
biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan
tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi
dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).
Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5 hingga 10 orang.
Rumah Honai dalam satu bangunan digunakan untuk tempat beristirahat (tidur),
bangunan lainnya untuk tempat makan bersama, dan bangunan ketiga untuk kandang
ternak. Rumah Honai pada umumnya terbagi menjadi dua tingkat. Lantai
dasar dan lantai satu dihubungkan dengan tangga dari bambu. Para pria tidur
pada lantai dasar secara melingkar, sementara para wanita tidur di lantai satu.
Terimakasih Semoga Bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar